KEBUDAYAAN DAN PERADABAN MANUSIA PURBA
|
Setelah mempelajari modul
ini Anda dapat:
1. menguraikan hasil peninggalan budaya zaman batu,
2. menjelaskan hasil peninggalan budaya zaman batu, dan
3. memberikan 5 contoh benda peninggalan Kebudayaan Batu Megalithikum
|
Adapun pokok-pokok materi yang dapat Anda
pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1. Kebudayaan zaman batu.
2. Kebudayaan zaman logam.
3. Kebudayaan Megalithikum.
|
|
Jika Anda mendengar/membaca istilah kebudayaan, apa
yang terlintas dalam pikiran Anda? Keseniankah atau hal lain-lain?
|
Dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan hal-hal
yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media
massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada hal-hal yang
bersangkutan dengan unsur seni. Hal ini berarti terjadi penyempitan
terhadap makna kebudayaan.
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk
jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Di samping itu pendapat para ahli lain mengupas kata kebudayaan sebagai
perkembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi
(kemampuan dari akal) yang berupa cipta rasa dan karsa, maka kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari cipta rasa dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kebudayaan material dan
kebudayaan immaterial. Kebudayaan material/jasmaniah adalah kebudayaan yang
dapat diraba, dilihat secara konkrit/nyata atau yang bersifat kebendaan.
Contohnya meja, buku, gedung, pakaian dan sebagainya.
Sedangkan kebudayaan immaterial/rohaniah/spiritual adalah kebudayaan
yang tidak dapat dilihat dan diraba tetapi dapat dirasakan dan dinikmati
contohnya religi, kesenian, ideologi, filsafat dan sebagainya.
Dari uraian di atas apakah
Anda sudah memahami istilah kebudayaan? Untuk lebih memahami kebudayaan
material masyarakat prasejarah Indonesia, maka Anda harus mengingat kembali
uraian materi kegiatan belajar 2 modul 1 tentang pembabakan prasejarah
berdasarkan arkeologinya menjadi zaman batu dan zaman logam.
Adapun bagian dari modul ini akan menguraikan lebih dalam lagi
contoh-contoh dari periodisasi prasejarah tersebut. Sehingga untuk lebih
jelasnya simaklah uraian materi berikut ini.
Kebudayaan zaman batu
Seperti yang telah disebutkan pada modul sebelumnya bahwa zaman batu
berdasarkan hasil temuan alat-alatnya dan dari cara pengerjaannya, maka
zaman batu tersebut terbagi menjadi 3 yaitu zaman batu tua atau kebudayaan
Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos = batu), zaman batu madya atau
kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah) dan zaman batu muda atau kebudayaan
Neolithikum (Neo = baru).
Untuk contoh-contoh dari hasil kebudayaan tersebut, akan diuraikan satu
persatu agar pemahaman Anda lebih jelas
.
1.
|
Kebudayaan Palaeolithikum/Batu tua.
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa
Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk
membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu
sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Untuk mengetahui bentuk
kebudayaan Pacitan sekarang Anda amati gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Alat Pacitan dari berbagai sisi
Setelah Anda mengamati
gambar 1, apakah Anda masih ingat nama gambar tersebut? Gambar 1
merupakan peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan pertama kali
oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak
genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam
ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi
batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat
menggenggam.
Pada awal penemuannya semua kapak genggam ditemukan di permukaan bumi,
sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berasal dari lapisan mana.
|
Berdasarkan penjelasan di atas silahkan Anda
menyebutkan jenis manusia yang mempergunakan kapak genggam sebagai
salah satu alat kehidupannya. Untuk itu tulislah jawaban Anda pada tabel di bawah ini.
|
Tabel 1.1 Pendukung
kebudayaan Palaeolithikum
Setelah Anda mengisi tabel 1.1 maka simaklah kembali uraian materi
selanjutnya.
Berdasarkan penelitian yang intensif yang dilakukan sejak awal tahun
1990, dan diperkuat dengan adanya penemuan terbaru tahun 2000 melalui
hasil ekskavasi yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis
diwilayah Pegunungan Seribu/Sewu maka dapat dipastikan bahwa kapak
genggam/Chopper dipergunakan oleh manusia jenis Homo Erectus.
Daerah penemuan kapak perimbas/kapak
genggam selain di Punung (Pacitan) Jawa Timur juga ditemukan di
daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang Kulon, Parigi (Jawa Timur),
Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera), Awangbangkal (Kalimantan),
Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali).
Untuk lebih memahami lokasi penyebaran kapak perimbas maka buatlah tanda
(bujur sangkar) pada gambar peta kepulauan Indonesia berikut ini.
Gambar 2. Peta penyebaran kebudayaan Palaeolithikum.
Setelah Anda membuat tanda
penemuan kapak genggam pada gambar peta, maka simaklah uraian kebudayaan
Ngandong berikut ini.
Di sekitar daerah Nganding
dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan
alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut
bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada
sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi
dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya
tentang alat-alat ini maka amati gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Alat-alat tukang dan tanduk rusa dari
Ngandong
Setelah Anda mengamati
gambar 3 maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda mengapa alat-alat
dari tulang yang ditemukan di Ngandong dikelompokkan sebagai kebudayaan
Palaeolithikum? Kemukakan alasannya! Jawaban dari hasil diskusi tersebut
kumpulkan pada guru bina Anda.
Selain alat-alat dari
tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain
berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau
alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat
dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui
bentuk flakes maka amatilah gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Flakes dari
Sangiran
Setelah Anda mengamati
gambar 4 flakes dari Sangiran maka bandingkanlah dengan gambar kapak
perimbas dari Pacitan. Bagaimana pendapat Anda?
Flakes mempunyai fungsi
sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau
memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang.
Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain
seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat
(Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa,
Mangeruda (Flores).
|
Walaupun alat-alat Ngandong ditemukan dipermukaan
tanah tetapi melalui penelitian dapat ditentukan bahwa alat-alat
tersebut berasal dari pleistocen atas/lapisan Ngandong. Untuk itu tentu
Anda dapat menuliskan jenis manusia yang mempergunakan alat-alat
kebudayaan Ngandong. Tuliskan jawaban Anda pada tabel 1.2 berikut ini.
|
Setelah Anda mengisi tabel 1.2 silahkan Anda cocokkan di kunci
jawabannya berikut ini.
a. Homo sapiens soloensis.
b. Homo sapiens wajakensis.
Jika jawaban Anda semua benar maka selamat untuk Anda dan lanjutkan
uraian materi berikutnya.
|
2.
|
Kebudayaan Mesolithikum
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan
Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada
zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum
yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang
disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris
sous Roche.
Rekomendasi : jika ada gambar / fotonya, sisipkan di sini.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu
kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger
arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger
adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai
ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger
ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan
Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba
yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit
kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata
berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan
dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Untuk dapat mengetahui
bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Pebble/Kapak Sumatera.
Setelah Anda mengamati
gambar 5 coba Anda bandingkan pebble dengan chopper maupun dengan flakes!
Bagaimana menurut pendapat Anda?
Bentuk pebble seperti yang
Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan
buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal
dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang ditemukan dalam
Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek
(setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte atau kapak
pendek. Kapak ini cara penggunaannya dengan menggenggam.
Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger
juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu
pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan
untuk menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal
dari tanah merah.
Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui secara pasti,
tetapi diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan
keagamaan atau untuk ilmu sihir.
Kecuali hasil-hasil kebudayaan, di dalam Kjokkenmoddinger juga
ditemukan fosil manusia yang berupa tulang belulang, pecahan tengkorak
dan gigi, meskipun tulang-tulang tersebut tidak memberikan gambaran yang
utuh/lengkap, tetapi dari hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa
manusia yang hidup pada masa Mesolithikum adalah jenis Homo Sapiens.
|
Untuk itu silahkan Anda sebutkan jenis manusia
pendukung Mesolithikum dan tulislah jawaban Anda pada tabel 1.3 berikut
ini
|
Setelah Anda mengisi tabel 1.3 silahkan Anda cocokkan dengan kunci
jawabannya berikut ini.
Manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide. Untuk
selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal
manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada
Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931
di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari
batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah
diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang
dan tanduk rusa.
Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut
sebagai Sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari Sampung.
Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang
merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris
Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur.
Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van
Heekeren.
Untuk dapat mengetahui bentuk Abris Sous Roche silahkan Anda amati
gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Bentuk Abris Sous Roche
Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di
daerah Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes,
ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut
didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan
Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap sebagai
keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah. Untuk itu
kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut kebudayaan Toala.
Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang
berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.
Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga
ditemukan di daerah Timor dan Rote.
Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang di
dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman Mesolithikum
sesungguhnya memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:
a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur.
b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo.
c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor
dan Rote.
|
Dengan adanya kesimpulan dari kebudayaan
Mesolithikum. Apakah Anda sudah memahami uraian materi kebudayaan
Mesolithikum. Kalau Anda belum paham, maka baca kembali uraian materi
di atas, namun jika Anda sudah paham silahkan lengkapi tabel 1.4
berikut ini.
|
Tabel 1.4 Kebudayaan Mesolithikum
Setelah Anda melengkapi tabel 1.4, maka cocokkan jawaban Anda dengan
kunci jawaban di bawah ini.
1. Sumatera Timur (Langsa - Medan).
2. Pebble, kapak pendek, batu pipisan.
3. Dr. Van Stein Callenpels.
4. Sampung.
5. Ujung mata panah, flakes, batu pipisan, alat-alat dari tulang.
6. Van Heekeren.
7. Bojonegoro.
8. Lamoncong/Sulawesi Selatan.
9. Flakes, pebble, ujung mata panah.
10. Frits Sarasin dan Paul Sarasin.
11. Timor dan Rote.
12. Flakes, ujung mata panah.
13. Alfred Buhler.
Bagaimana hasil jawaban Anda? Apakah banyak yang benar? Jika jawaban Anda
banyak yang sesuai dengan kunci jawaban yang telah disediakan, maka Anda
dikatakan memahami uraian materi tersebut, tetapi jika masih banyak yang
salah maka Anda harus mempelajari kembali uraian materi tersebut.
Selanjutnya Anda harus menyimak kembali uraian materi berikut ini.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia
sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan
penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah
teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua
Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat
pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah
Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan
flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes
bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga
ditemukan flakes. Ada kemungkinan
kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa
dan Philipina.
Berdasarkan uraian materi di atas dapatlah disimpulkan:
- Kebudayaan
Bacson - Hoabinh yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta
alat-alat dari tulang masuk ke Indonesia melalui jalur
barat.
- Kebudayaan
flakes masuk ke Indonesia
melalui jalur timur.
Untuk lebih memahami penyebaran kebudayaan Mesolithikum ke Indonesia, maka simaklah gambar 7
peta penyebaran kebudayaan tersebut ke Indonesia.
Gambar 7. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum.
Setelah mengamati gambar 7,
sekarang coba Anda bandingkan peta jalur penyebaran kebudayaan
Mesolithikum dengan peta penyebaran kebudayaan Plaeolithikum.
Dari uraian materi yang telah
disajikan, maka tentu Anda dapat membandingkan penyebaran kebudayaan
Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan penyebaran kebudayaan
Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah selalu mengalami
perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman Neolithikum
membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari tingkat
sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.
Dalam rangka menambah pemahaman
Anda tentang perkembangan kebudayaan zaman Neolithikum, maka simaklah
uraian materi berikut ini.
|
3.
|
Kebudayaan Neolithikum.
Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini adalah jenis
kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pemahaman Anda
tentang perkembangan kapak tersebut, maka amatilah gambar 8 di bawah ini.
Masih ingatkah Anda nama
kapak pada gambar 8? Kalau Anda ingat nama kapak tersebut berarti Anda
masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi
bangsa Asia ke Indonesia.
Gambar 8. Peninggalan zaman Neolithikum
Nama kapak persegi
diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi
tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran
besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah
dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana
lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak
tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.
Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan
sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih
jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 9
berikut ini.
Gambar 9. Kapak Chalcedon.
Setelah Anda amati gambar 9
maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda untuk mencari 2 alasan
sebagai bukti bahwa kapak chalcedon hanya dipakai untuk acara khusus
seperti upacara keagamaan. Untuk mendapatkan jawaban yang benar dari
hasil diskusi Anda, dapat Anda tanyakan pada Guru Bina!
Daerah asal kapak persegi
adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah
penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia
banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat
(Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta
lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir bersamaan
dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis
kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut
kapak lonjong.
Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 10
berikut ini.
Gambar 10. Kapak Lonjong.
Dengan adanya gambar kapak lonjong seperti pada gambar 10, bagaimana
menurut pendapat Anda bentuk keseluruhan dari kapak lonjong tersebut?
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya
kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat
telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan
ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan
kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan
Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi
kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong
adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian
kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia,
sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan
sebutan Neolithikum Papua.
|
Setelah Anda mempelajari uraian materi contoh
kebudayaan Neolithikum, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda
lengkapilah tabel 1.5 berikut ini.
|
Tabel 1.5 Hasil Kebudayaan Neolithikum dan Penyebarannya.
Jika Anda sudah melengkapi tabel 1.5, maka cocokkan jawaban Anda
dengan kunci jawaban berikut ini.
1. Beliung
2. Tarah
3. Daratan Asia - Malaysia Barat - Sumatra - Jawa Bali - Kalimantan.
4. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku.
5. Alat pertanian, pacul dan alat upacara
6. Suku Nias, Toraja, Sasak, Dayak, Batak (Proto Melayu).
7. Walzenbeil.
8. Kleinbeil.
9. Daratan Asia - Jepang - Formosa - Philipina - Minahasa - Irian.
10. Irian , Leti, Tanimbar, Seram, Gorong, Minahasa.
Apakah jawaban Anda banyak
tepat? Jika jawaban Anda banyak yang tepat, maka selamat untuk
Anda! Berarti Anda telah
memahami uraian materi yang telah Anda pelajari. Untuk selanjutnya
simak kembali uraian materi berikutnya.
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak
lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah
dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu,
baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari
kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum,
dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan
tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian
yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui
melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada
zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut
diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat
dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh
kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan
dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini
Tabel 1.6 Ikhtisar Kebudayaan Zaman Batu
Setelah Anda menyimak bagan 1.6. Apakah Anda sudah memahami secara
garis besar kebudayaan zaman batu? Kalau Anda belum paham, maka pelajari
kembali uraian materinya. Jangan tergesa-gesa, tetapi apabila Anda sudah
paham, lanjutkan kembali mempelajari kebudayaan zaman berikutnya. |
|